
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto (Tengah)
Penulis: Redaksi TVRINews
TVRINews – Magelang, Jawa Tengah
Magis BorMar 2025 Resmi Dimulai, Ribuan Pelari Sambut Fajar di Kaki Candi; Hasto: Lari Adalah Ritual Sehat dan Spirit Perjuangan.
Borobudur Marathon (BorMar) 2025 yang telah menyandang status Elite Label resmi dibuka hari ini, menyuguhkan perpaduan antara kompetisi olahraga kelas dunia dan panorama alam serta budaya yang khidmat.
Ribuan pelari, baik dari dalam maupun luar negeri, berkumpul di Taman Lumbini, Kompleks Candi Borobudur, dalam suasana pagi yang sejuk dan diselimuti kabut tipis yang magis.
Di antara ribuan peserta, sosok Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, menjadi salah satu peserta yang menarik perhatian.
Ia ikut mengambil start di kategori 10K pada sekitar pukul 05.40 WIB, menandai partisipasi figur publik dalam ajang marathon paling bergengsi di Asia Tenggara ini.
Tepat saat matahari perlahan menyinari siluet megah Candi Borobudur, para pelari memulai langkah mereka. Namun, bagi Hasto, keikutsertaan ini bukan sekadar aktivitas fisik. Ia melihat lari sebagai cerminan filosofi hidup dan perjuangan.
Refleksi di Setiap Langkah: Hidup Bukan Hasil Instan
Sebelum mengambil posisi start, Hasto Kristiyanto menyampaikan refleksi mendalam mengenai makna di balik setiap langkah lari. Ia menyandingkan semangat marathon dengan nilai-nilai ketahanan mental yang diperlukan dalam kehidupan.
“Setiap langkah di rute Borobudur ini mengingatkan kita bahwa hidup itu adalah proses, bukan hasil instan. Borobudur Marathon adalah ritual sehat yang membuat kita menguji sejauh mana kita mampu melampaui batas diri,” ujar Hasto Kristiyanto, yang kutipannya menunjukkan dimensi spiritual dan mental dari keikutsertaannya.
Lebih lanjut, ia menyebut lari pagi ini sebagai bentuk penyelarasan diri dengan "nilai-nilai perjuangan" dan ketahanan mental. Hasto menekankan bahwa energi alam di Magelang memberikan dorongan tak ternilai.
“Energi alam di sini luar biasa; udara segar, hijaunya sawah, dan sambutan hangat warga adalah vitamin mental yang tak ternilai harganya,” tambahnya.
Ia menggarisbawahi relevansi karakter lari marathon yang membutuhkan strategi, endurance, dan semangat juang dengan kehidupan berbangsa. “Melalui olahraga lari, kita belajar bahwa tidak ada kemenangan tanpa persiapan, dan tidak ada pertumbuhan tanpa tantangan.”
Eksotisme Pedesaan dan Atmosfer Spiritual
Kategori 10K yang diikuti oleh Hasto memiliki jarak tempuh 10 kilometer dengan Batas Waktu Penyelesaian (Cut Off Time / COT) selama 2 jam. Kategori ini, bersama Marathon dan Half Marathon, diikuti oleh ribuan pelari dari berbagai negara, menegaskan posisi BorMar 2025 sebagai magnet event lari Asia Tenggara.
Sepanjang lintasan, peserta disuguhi pemandangan eksotis yang melintasi persawahan hijau, jalanan desa yang sepi, dan perkampungan tradisional Jawa Tengah. Atmosfer lokal semakin kuat dengan irama musik tradisional dan sorak-sorai hangat dari penduduk desa yang berdiri di tepi jalan.
Bukit Menoreh yang menjulang di sekeliling kawasan menambah kedalaman panorama. Kabut pagi yang menggantung di puncak bukit dan lembah menciptakan nuansa yang hampir mistis, memberikan pengalaman yang diklaim tak hanya menantang fisik, tetapi juga spiritual bagi para pelari.
Editor: Redaktur TVRINews
