Penulis: Redaksi TVRINews
TVRINews, Jakarta
Dalam rangka memperingati Hari Wayang Nasional, Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI Perjuangan menggelar pagelaran wayang kulit dengan lakon “Bima Labuh”, Jumat (7/11/2025) malam. Pertunjukan yang digelar di Kompleks Masjid At-Taufiq, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, ini dibawakan oleh duet dalang Ki Sri Susilo Tengkleng dan Ki Amar Pradopo Slenk.
Ketua DPP PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat hadir membuka acara tersebut, didampingi politikus muda Guntur Romli. Sementara Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto baru tiba menjelang akhir acara usai melakukan peletakan batu pertama kantor DPC PDIP di Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur.
Dalam sambutannya, Djarot mengatakan pagelaran ini menjadi bentuk komitmen partai dalam menjunjung tinggi nilai “kepribadian dalam kebudayaan” sebagaimana amanat Trisakti Bung Karno. Wayang, kata Djarot, bukan sekadar hiburan, tetapi juga sarana pendidikan moral yang menggambarkan perjuangan antara kebaikan dan kejahatan.
“Wayang ini bukan hanya tontonan, tapi juga tuntunan. Ia mengandung filsafat, pendidikan, dan keteladanan. Di dalamnya ada pertarungan antara dharma dan adharma, antara kebajikan dan kebatilan,” ujar Djarot.
Djarot kemudian menyinggung pesan moral dari lakon Bima Labuh, yang mengisahkan Prabu Boko, raja Negeri Ekocokro yang kejam, serakah, dan menindas rakyatnya. Menurutnya, kisah tersebut menjadi cerminan bahaya kepemimpinan yang zalim dan haus kekuasaan.
“Seorang pemimpin yang mungkar, zalim, dan serakah akan membuat rakyatnya menderita. Mereka yang melanggar konstitusi, yang menghalalkan segala cara demi mempertahankan kekuasaan, itu adalah pemimpin fasis. Kepemimpinan seperti ini harus dilawan,” tegasnya.
Dalam lakon itu, penderitaan rakyat berakhir ketika Bima, satria Pandawa yang jujur dan berani, muncul untuk menegakkan kebenaran. Djarot menyebut Bima sebagai tokoh yang dikagumi Bung Karno karena sifatnya yang jujur dan tegas dalam membela kebenaran.
“Bima itu simbol keberanian dan kejujuran. Ia tidak pernah takut melawan ketidakadilan. Karena itu, kisahnya relevan sepanjang masa,” tambah Djarot.
Pertunjukan diakhiri dengan kemenangan Bima atas Prabu Boko, simbol runtuhnya kekuasaan yang zalim dan rakus.
Menjelang tengah malam, Hasto Kristiyanto tiba dan turut bergabung dalam acara. Ia bahkan sempat bernyanyi bersama Djarot dan para pesinden, disambut meriah oleh para penonton.
Pagelaran wayang ini juga menarik perhatian masyarakat sekitar yang datang menonton. Panitia menyediakan sejumlah doorprize yang diundi langsung oleh Hasto dan Djarot di penghujung acara.
Editor: Redaktur TVRINews
